This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 02 Mei 2015

BELAJAR BACA BAGI PEMULA

1.   Hakikat Membaca
Pada hakekatnya membaca merupakan proses memahami dan merekonstruksi makna yang terkandung dalam bahan bacaan. Pesan atau makna yang terkandung dalam teks bacaan merupakan interaksi timbal balik, interasi aktif, dan interaksi dinamis antara pengetahuan dasar yang dimiliki pembaca dengan kalimat-kalimat fakta dan informasi yang tertuang dalam teks bacaan merupakan informasi yang tersimpan dalam memori otak atau fikiran pembaca atau dapat disebut dengan sumber informasi nonvisual, kedua macam sumber informasi tersebut perlu dimiliki secara berimbang oleh pembaca. Artinya kemampuan mengenal informasi visual perlu diikuti dengan pengetahuan dasar yang diperlukan untuk memahami suatu teks bacaan.
Demikian pula sebaiknya, pengetahuan dasar yang telah dimiliki perlu di lanjutkan dengan kemampuan memahami informai visual yang ada pada teks bacaan, kemampuan penunjang lain yang perlu dimiliki pembaca yaitu kemampuan menghubungakn gagasan yang dimiliki dengan menggabungkan materi bacaan. Dalam kaitannya dengan pemahaman pesan atau makna yang terkandung dalam teks bacaan. Harirs, dan sipay (1980) menyatakan bahwa membaca merupakan proses menafsirkan makna bahasa tulis secara tepat. Pengenalan makna kata sesuai dengan konteksnya merupakan prasyarat yang di perlukan untuk memahami pesan yang terdapat pada bahan bacaan.
2.      Membaca Permulaan.
Menurut Ritawati (1996:43) membaca permulaan merupakan membaca awal yang diberikan kepada anak di kelas I (satu) sebagai dasar untuk pelajaran selanjutnya. Seiring dengan itu Sahari (1994:11) mengemukakan membaca adalah kegiatan dalam menerapkan dalam kemampuan berbahasa (linguistik) dengan melibatkan faktor biologis dan psikis yang di pengaruhi oleh lingkungan denagn huruf, suku kata, kata dan kalimat sebagai objek bacaan sebagai tingkatan awal dalam belajar membaca pembelajaran membaca di kelas I (satu) merupakan pelajaran membaca tahap awal. Kemampuan membaca yang di peroleh anak di kelas I (satu) tersebut akan menjadi dasar pembelajaran membaca kelas-kelas berikutnya. Supriyadi (1993) mengemukakan bahwa “ kemampuan membaca yang di peroleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut”. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhatian guru, sebab jika dasar itu tidak kuat, pada tahap membaca lanjut anak akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai.
3.      Tujuan Membaca Permulaan
Tujuan membaca permulaan tidak terlepas dari tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pengajaran pada khususnya. Tujuan pengajaran membaca permulaan pada dasarnya adalah memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan siswa untuk menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik dan benar.
Menurut
Ritawati (1996:43) tujuan pengajaran membaca permulaan adalah “agar siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat. Pengajaran membaca permulaan disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan kejiwaan peserta didik”.
4.      Langkah-langkah Membaca Permulaan
Ritawati (1996:51) mengemukakan langkah-langkah membaca, permulaan sebagai berikut mengenal unsur kalimat, mengenal unsur kata, mengenal unsur huruf, merangkai huruf menjadi suku kata, merangkai suku kata menjadi kata. Sedangkan menurut Sibarani akhadiah (1992:1993:34) mengemukakan langkah-langkah pengajaran membaca permulaan sebagai berikut menentukan tujuan pokok bahasan yang akan di berikan.
Tujuan ini dapat mengembangkan bahan pengajaran setelah bahan pelajaran dan bahan latihan disusun, kemudian harus memikirkan bagaimana cara menyampaikan. Bagaimana urutan pemberian bahan-bahannya, dan bagaimana cara mengaktifkan siswa. Pada tahap latihan, guru dapat membuat kombinasi baru, baik dengan kata maupun suku kata, dan huruf. Hal ini mudah dilakukan dengan menggunakan kartu-kartu yang tersedia, anak dapat bermain dengan kartu-kartu tersebut. Misalnya membentuk suku kata, kata ataupun kalimat. Untuk memantau apakah anak telah mencapai tujuan yang di tetapkan, guru dapat membuat tes formatif. Dalam hal ini guru dapat menggunakan berbagai cara yang di aggap terbaik untuk kelangsungan pembelajaran. Berdasarkan hal di atas, agar tujuan pengajaran membaca dapat tercapai dengan baik, sebaiknya guru menetapkan langkah-langkah tersebut dilakukan secara berulang-ulang.
5.      Pembelajaran Membaca Permulaan
Pembelajaran membaca permulaan diberikan di SD kelas I (satu). Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut (Akhadiah, 1991/1992: 31). Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read). Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan. Tingkatan ini disebut sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). Kedua tingkatan tersebut bersifat kontinum, artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus kegiatannya penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca lanjut dengan pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut menekankan pada pemahaman isi bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik membaca permulaan (Syafi’ie,1999: 16).
B.     Metode-metode Membaca Permulaan
Metode adalah cara yang telah teratur dan terpilih secara baik untuk mencapai suatu maksud, cara mengajar (Kbb,1984: 649). Sedangkan yang dimaksud dengan membaca permulaan adalah pengajaran membaca awal yang diberikan kepada siswa kelas I (satu) dengan tujuan agar siswa terampil membaca serta mengembangkan pengetahuan bahasa dan keterampilan bahasa guna menghadapi kelas berikutnya.
Dalam pembelajaran membaca permulaan, ada berbagai metode yang dapat dipergunakan, antara lain (1) metode abjad (2) metode bunyi (3) metode kupas rangkai suku kata (4) metode kata lembaga (5) metode global dan (6) metode struktual analitik sinteksis (sas). (Alhkadiah,1992: 32-34).
1.      Metode abjad dan metode bunyi
Menurut Alhkadiah, kedua metode ini sudah sangat tua. Menggunakan kata-kata lepas, misalnya:
Metode abjad              : bo-bo-bobo
La-ri-lari
Metode bunyi              : na-na-nana
Lu-pa-lupa

2.      Metode kupas rangkai suku kata dan metode kata lembaga
Kedua metode ini menggunakan cara mengurai dan merangkaikan. Misalnya:
Metode kupas rangkai suku kata         : ma ta-ma ta
Pa pa-pa pa
Metode kata lembaga                          :   bola-bo-la-b-o-l-a-b-o-l-a-bola
3.      Metode global
“Metode global adalah metode yang melihat segala sesuatu sebagai keseluruhan. Penemu metode ini ialah seorang ahli ilmu jiwa dan ahli pendidikan bangsa Belgia yang bernama Decroly.” Kemudian Depdiknas (2000:6) mendefinisikan bahwa metode global adalah cara belajar membaca kalimat secara utuh. Metode global ini didasarkan pada pendekatan kalimat. Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan kalimat di bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan dengan kalimat tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi kata, menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi huruf. Metode global timbul sebagai akibat adanya pengaruh aliran psikologi Gestalt, yang berpendapat bahwa suatu kebulatan atau kesatuan akan lebih bermakna dari pada jumlah bagian-bagiannya.memperkenalkan kepada siswa beberapa kalimat, untuk dibaca. Langkah-langkah penerapan metode global adalah sebagai berikut:
1.      Siswa membaca kalimat dengan bantuan gambar. Jika sudah lancar, siswa membaca tanpa bantuan gambar, misalnya: Ini nani, ini rini, ini nana. 
2.      Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/ /nani/
3.      Menguraikan kata-kata menjadi suku kata: i – ni na – ni
4.      Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf,
misalnya: i – n – i - n – a – n – i
4.      Metode sas
Menurut (Supriyadi, 1996: 334-335) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan cerita di sertai dengan gambar yang didalamnya terkandung unsur analitik sintetik. Metode SAS menurut (Djuzak,1996:8) adalah suatu pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampil cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa. Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat, sementara sebagian siswa mencari huruf, suku kata dan kata, guru dan sebagian siswa menempel kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti (Subana). Proses operasional metode SAS mempunyai langkah-lagkah dengan urutan sebagai berikut:
1.      Struktur yaitu menampilkan keseluruhan.
2.      Analitik yatu melakukan proses penguraian.
3.      Sintetik yaitu melakukan penggalan pada struktur semula.
Metode ini dibagi menjadi 2 tahap, yaitu: (1) tanpa buku (2) menggunakan buku.mengenai itu, momo (1987) mengemukakan beberapa cara yaitu:
1. Tahap tanpa buku, dengan cara:
- Merekam bahasa siswa
- Menampilakan gambar sambil bercerita
- Membaca gambar
- Membaca gambar dengan kartu kalimat
- Membaca kalimat secara struktual (s)
2. Tahap dengan buku, dengan cara:
- Membaca buku pelajaran
- Membaca majalah bergambar
- Membaca bacaan yang disususn oleh guru dan siswa.
- Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara berkelopok.
- Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara individual.
C.    Sasaran Penulisan.
Sasaran penulisan makalah ini adalah siswa-siswi sekolah dasar kelas I (satu), dengan pemilihan sasaran ini adalah untuk meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya kelas I (satu) SD, agar pembelajaran dan pembinaan di SD dapat berkembang dan meningkat sesuai dengan kurikulum.
D.    Teknik yang digunakan untuk Meningkatkan Membaca Permulaan
Permainan merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh suatu keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan. Apabila keterampilan yang diperoleh dalam permainan itu berupa keterampilan bahasa tertentu, permainan tersebut dinamakan permainan bahasa. Sebenarnya dalam kegiatan mengajar guru sering menggunakan permainan, tetapi pada umumnya masih menerpakannya sebagai teknik pengajaran bahasa. Penggunaan teknik permainan dalam pembelajaran akan memberi iklim yang menyenangkan dalam proses belajar, sehingga siswa akan belajar seolah-olah proses belajar siswa dilakukan tanpa adanya keterpaksaan, tetapi justru belajar dengan rasa keharmonisan. Selain itu, dengan bermain siswa dapat berbuat agak santai. Dengan cara santai tersebut, sel-sel otak siswa dapat berkembang akhirnya siswa dapat menyerap informasi, dan memperoleh kesan yang mendalam terhadap materi pelajaran. Materi pelajaran dapat disimpan terus dalam ingatan jangka panjang (Rubin, 1993 dalam Rofi’uddin, 2003). Permainan bahasa mempunyai tujuan ganda, yaitu untuk memperoleh kegembiraan sebagai fungsi bermain, dan untuk melatih keterampilan berbahasa tertentu sebagai materi pelajaran. Bila ada permainan mengembirakan tetapi tidak melatihkan keterampilan berbahasa, tidak dapat disebut permainan bahasa. Demikian juga sebaliknya, bila permainan itu tidak menggembirakan, meskipun melatihkan keterampilan berbahasa tertentu, tidak dapat dikatakan permaian bahasa. Untuk dapat disebut permainan bahasa, harus memenuhi kedua syarat, yaitu menggembirakan dan melatihkan keterampilan berbahasa.
Teknik permainan bahasa tidak dimaksudkan untuk mengukur atau mengevaluasi hasil belajar siswa. Kalaupun dipaksakan, bukan alat evaluasi yang baik, sebab permainan bahasa tersebut mengandung unsur spekulasi yang cukup besar. Hal tersebut dapat dimengerti, sebab sekelompok anak, atau seseorang anak yang menang dalam permainan belum tentu secara utuh  mencerminkan siswa pandai. Demikian juga siswa yang kalah dalam permainan, belum tentu mencerminkan siswa yang kurang pandai.
E.     Pengembangan dari Teknik Permainan Bahasa untuk Meningkatkan  Membaca Permulaan.
Ada beberapa pengembangan permainan yang dapat digunakan untuk pembelajaran Bahasa Indonesia. Beberapa contoh diantaranya sebagai berikut:
1.         Meloncat bulatan kata. Buatlah bulatan-bulatan dari kertas karton, kira-kira sebesar piring. Tulislah nama-nama susuna keluarga, misalnya; ayah, ibu, kakak, adik. Pasanglah bulatan kata itu di lantai. Bentuklah siswa menjadi beberapa kelompok. Seluruh siswa setiap kelompok meloncati bulatan kata yang diucapkan kelompok lain atau guru. Misalnya loncat ke kakak, loncat ke ibu, loncat ke adik. Dengan demikian, setiap anak membaca bulatan untuk diinjak. Lebih meningkat lagi, bulatan kata bisa dalam bentuk yang lebih sulit, misalnya kata yang bila digabung menjadi kalimat. Kata dalam bulatan disebar di lantai dan memungkinkan dapat menyusun beberapa kalimat bila diloncati dengan benar. Misalnya: Ayah pergi ke pasar. Ayah membawa buku. Jadi siswa harus loncat ke ayah, pergi ke dan pasar. Permainan ini untuk meningkatkan membaca permulaan
2.         Baca lakukan. Permainan ini untuk kelas rendah yang sudah bisa membaca. Dilakukan berpasangan. Seorang anak harus membaca suruhan tertulis yang dibuat guru, pasangan harus melakukan apa yang diperintahkan dalam bacaan. Perhatikan Misalnya saya harus merunduk. Saya memegang lutut kiri. Saya menari sambil memegang kepala. Guru memperhatikan beberapa perintah yang dilaksanakan dengan benar dan apakah pembaca membaca perintah dengan benar. Permainan dilakukan bergantian. Permainan ini untuk melatih membaca permulaan.
3.         Aku seorang detektif. Permainan ini dilakukan berpasangan. Seorang siswa menjadi ditektif, seorang lagi menjadi informan. Informan harus menentukan-memilih salah seorang dari temannya yang ada di kelas sebagai penjahat yang akan dicari oleh ditektif. Ia harus memberi keterangan secara tertulis yang sejelas-jelasnya tentang penjahat yang akan dicari ditektif. Ditektif membaca informasi tertulis dari informan dan menerka siapa yang menjadi target pencarian di kelas itu. Setelah selesai posisi diubah, yang tadinya informan menjadi ditektif dan tadinya ditektif menjadi informan. Permainan dapat difariasikan dengan sasaran yang dicari dari foto atau gmbar dari koran. Permainan ini untuk melatih keterampilan membaca permulaan.
4.         Bisik berantai. Permainan ini dilakukan dengan cara setiap siswa harus membisikkan suatu kata kepada pemain berikutnya. Terus berurut sampai pemain terakhir. Pemain terakhir harus mengatakan isi kata atau kalimat atau cerita yang dibisikkan. Betul atau salah? Bila salah. Dimana atau siapa yang melakukan kesalahan. Permainan ini dapat dilombakan dengan cara berkelompok. Permainan ini melatih keterampilan menyimak atau mendengarkan
5.         Kim Lihat (lihat katakan). Sediakan beberapa benda atau sayuran, atau buah-buhan dalam suatu kotak tertutup. Siswa berkelompok, seorang siswa anggota kelompok harus melihat satu benda yang ada di dalam kotak. Setelah dilihat jelas, siswa tersebut harus menjelaskan sejelas-jelasnya kepada kelomponya, baik ciri-cirinya, rasanya, warnanya atau apa saja yang dapat dilihatnya. Anggota kelompok yang lain harus mengambil benda yang dijelaskan oleh siswa yang melihat tadi. Kelompok yang paling cepat dan paling banyak mengambil benda dalam kotak itulah yang menang. Permainan ini untuk melatih keterampilan berbicara dan menyimak.
6.         Bertanya dan menerka. para siswa dibagi dua kelompok. Kelompok satu sebagai penjawab dan kelompok kedua sebagai penannya. Kelompok penjawab harus menyembunyikan satu benda yang akan diterka oleh kelompok penannya dengan cara memberi pertanyaan yang mengarah kepada benda yang harus diterka. Setiap anggota kelompok penanya diberi kesempatan untuk memberikan satu pertanyaan kepada kelompok penjawab. Kelompok penjawab hanya boleh menjawab ”ya” atau ”tidak”. Setelah seluruh anggota kelompok bertanya, maka kelompok harus berunding dari hasil jawaban penjawab, benda apa yang disembunyikannya itu. Bila dapat diterka, maka kelompok penanya mendapat nilai. Permainan ini untuk melatih berbicara.
7.         Bermain telepon. Permainan ini untuk kelas rendah. Siswa secara berpasangan harus mempersiapkan alat untuk menelpon, baik telepon biasa maupun telepon genggam. Siswa harus menelpon temannya menanyakan pekerjaan rumah atau buku pelajaran yang dibawa besok hari. Biarkan siswa mengembangkan percakapannya sendiri, kecuali kalau terhenti, guru memberi pancingan berupa pertanyaan kepada siswa. Guru memperhatikan cara siswa mengungkapkan gagasan dan kalau perlu cara pelafalan yang benar. Permainan ini untuk melatih berbicara.

View results

Sabtu, 15 November 2014

HYMNE SDIT AL IRSYADY

Cukup lama jeda waktu untuk posting hehe
Posting kali ini adalah hasil renungan saya untuk mempersembahkan lagu kenangan di sekolah tempat saya mengajar ^_^
Judul lagunya "hymne sdit al irsyady"
Hymne Sdit Al Irsyady
Terlihat kilau cahaya ilmu
Diseluruh kota indramayu
Membina generasi muda bangsa
Menjadi generasi mulia

Membina tali silaturahmi
Membentuk ukhuwah islami
Di SDIT Al irsyady
Menjadi generasi robbani

Reff: SDIT...2x Al Irsyady....2x
Sekolah yang ku cintai
SDIT...2x Al Irsyady...2x
Semoga slalu tetap dihati




Tunggu video clipnya ya :D

Sabtu, 29 Maret 2014

Memahami Pemahaman

Semua pendidik pastinya pernah bertanya pada dirinya sendiri “Apa yang paling utama dibelajarkan ke murid?” Entah saat malam terjaga atau pagi hari saat berangkat mengajar, jawab pertanyaan itu pasti pernah dicoba direnungkan.
Apakah tiga hal, yakni sikap, keterampilan, dan pengetahuan, yang sudah begitu jamak diucapkan itu memang paling utama? Apakah murid yang sampai meninggalnya tetap ingat tanggal lahirnya R.A. Kartini itu menunjukkan gurunya berhasil? Apakah murid yang sampai meninggalnya mampu mengulang rumus luas segitiga menunjukkan gurunya berhasil?
Jadi, apa yang paling utama dibelajarkan?


PEMAHAMAN


Selain sikap, keterampilan, dan pengetahuan, ada yang lebih mendasar, yakni pemahaman. Dan, pemahaman ini justru yang sebenarnya menentukan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan seseorang dalam hidupnya. Tanpa pemahaman, maka sikap, keterampilan, dan pengetahuan tak akan mungkin berkembang secara berkelanjutan.
Pemahaman beda dengan pengetahuan. Jika pengetahuan adalah kata benda, pemahaman adalah frasa. John Dewey menyatakan pengetahuan sebagai kumpulan fakta, sedangkan pemahaman sebagai pemaknaan terhadap kumpulan fakta.
Di pelajaran Sejarah, misalnya, kapan Perang Diponegoro terjadi adalah pengetahuan. Tetapi, bahwa sejarah adalah cerita dan siapa yang menceritakannya mempengaruhi bagaimana sejarah itu disajikan adalah pemahaman. Di pelajaran bahasa atau membaca, bahwa kadang penulis menyampaikan gagasan secara tak tersurat langsung dan pembaca harus menafsirkan pesannya adalah contoh sebuah pemahaman. (Mc Tighe dan Wiggins, 2004, hal. 85-86.)
Pengetahuan dapat ditemukan saat membaca buku, tetapi pemahaman hanya dapat dibangun justru saat menutup buku, mereflesikannya, dan kerap mendiskusikannya. Pemahaman itu seperti pesan moral dari sebuah novel. Pemahaman awalnya sering tak terlalu obvious atau gamblang, tetapi secara perlahan akan menjadi semakin mengkristal tepat menggambarkan makna dari kumpulan fakta yang diamati. Pengetahuan dapat diceramahkan, tetapi pemahaman harus diresapi sendiri oleh sang pemelajar.
Pernyataan Winston Churchill bahwa sejarah ditulis oleh pemenang adalah sebuah contoh pemahaman. Kesesuaian pernyataannya dengan realitas serta nuansa sindiran yang disiratkannya perlu ditafsirkan dahulu. Rumus Newton F = ma adalah pengetahuan. Tetapi, bahwa berat bukanlah massa merupakan pemahaman. Bahwa berat benda tergantung pada lokasi benda itu juga merupakan pemahaman. Ini fakta versus makna dari fakta.
Rangkaian benda adalah pengetahuan, tetapi pola dari rangkaian benda itu adalah pemahaman. Perbedaan ini diungkapkan dengan apik dalam film A Beautiful Mind. Saat John Nash bersama calon istrinya memandang bintang di langit, John dapat melihat berbagai objek pada susunan bintang itu. Dia menemukan pola dari rangkaian bintang dan memaknainya.
Saat seseorang merefleksikan berbagai pemahaman dalam hidupnya, diharapkan rangkaian pemahaman ini akan mengkristal menjadi value atau nilai yang dipegang. Nilai-nilai seperti integritas, mencintai sesama, kedermawanan, dsb terbangun berfondasikan susunan pemahaman.


KURIKULUM


Dalam beberapa dokumen kurikulum pendidikan atau standar belajar era sekarang, pemahaman sudah dituliskan secara eksplisit dan sistematis bersama pengetahuan dan keterampilan yang terkait. Hal ini sangat membantu guru dalam merekacipta pembelajaran sekaligus menjalankan proses pembelajaran sehari-hari. Ini memampukan guru fokus mengorkestra proses pembelajaran agar para murid merajut pemahaman yang disasar tersebut.
Sebagai ilustrasi, standar belajar matematika di negara bagian Virginia, AS, sudah menuliskan secara eksplisit pemahaman apa bagi siswa di tiap jenjang. Misalnya, sebuah pemahaman yang harus dirajut siswa kelas 1 adalah “satu himpunan benda dapat dipisah-kelompokkan (sort) dengan banyak cara yang berbeda.” Pengetahuannya adalah bentuk, warna, ukuran, dsb. Keterampilannya adalah memisahkan, mengelompokkan, dsb. Perlu dicatat di sini bahwa kalimat pemahaman yang canggih sarat makna itu bukan untuk dibaca siswa, tetapi bagi guru dan akan membantu guru dalam memperkaya pembelajarannya. Sasaran pembelajaran akan menjadi jelas dan terpusat.
Tidak saja di luar negeri, beberapa sekolah di tanah air sekarang pun sudah merumuskan pemahaman untuk tiap jenjang dalam dokumen kurikulumnya. Sekolah-sekolah ini telah berhasil menuliskan secara rinci pemahaman lengkap dengan pengetahuan dan keterampilan yang harus dibelajarkan.
Dari keadaan yang baik ini, sebenarnya Balitbang Kemdikbud dapat menindakinya. Ke depan, sejatinya Balitbang Kemdikbud bersama Dinas Pendidikan dapat memfasilitasi pengimbasan kecakapan merumuskan kurikulum di tingkat sekolah itu ke semua sekolah. Sasarannya agar pendidik di Indonesia cakap dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan sekolahnya. Juga agar sikap para pendidik yang sudah memiliki gairah mengembangkan kurikulum dapat menular ke pendidik lain. Yang penting bukanlah dokumen kurikulumnya, tetapi justru kemampuan merumuskan kurikulum yang memperhatikan pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan dengan rinci dan akurat. Dokumen adalah benda mati, tetapi kemampuan akan senantiasa hidup.
Karena itu, jika belum ada, Balitbang perlu merancang strategi pengembangan profesi guru dalam peningkatan kecakapan merekacipta kurikulum sekaligus mengevaluasi pemahaman. Di zaman sekarang dan esok, guru yang memahami pemahaman adalah keharusan.

by: Iwan Pranoto

Minggu, 16 Maret 2014

PTK IPS SD



BAB I
Pendahuluan

Dalam pembukaan undang - undang Dasar 1945 alenia IV menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Sistem Pendidikan Nasional yang dicantumkan melalui undang-undang No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional dengan fungsi dan tujuan sebagaimana kutipan berikut :
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak mulia Sehat, Berilmu, Cakap kreatif mandiri, dan mejadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan adalah merupakan usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu perkembangan, potensi kemampuan anak, agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya baik sebagai individu, maupun dalam masyarakat.
Dalam Peraturan Mendiknas No. 41 Tahun 2007, disebutkan bahwa standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Standar proses pada pelajaran IPS khususnya di SD harus mendapatkan perhatian khusus dari guru karena mata pelajaran IPS di SD memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan mata pelajaran lain, antara lain IPS merupakan perpaduan dari beberapa disiplin ilmu sosial.
Kurikulum IPS yang dikembangkan hendaknya memiliki landasan filosofis yang jelas. Landasan filosofis yang digunakan hendaknya melihat kondisi nyata yang terjadi di masyarakat. Kondisi masyarakat yang terjadi saat ini adalah masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan. Perubahan-perubahan tersebut disebabkan oleh adanya interaksi sosial baik antar individu maupun kelompok. Dalam konteks yang lebih luas perubahan yang terjadi melahirkan globalisasi. Dalam globalisasi terjadi pola interaksi yang serba cepat melewati batas-batas keruangan dan waktu. Hubungan antarindividu maupun kelompok dalam globalisasi ini melahirkan suatu pola hubungan yang kompetitif. Individu maupun kelompok dalam pola hubungan ini akan terjadi adanya hubungan yang saling mempengaruhi. Sistem nilai yang dipegang oleh masing-masing individu maupun kelompok akan saling berpengaruh dalam pola hubungan tersebut. Hal yang harus dihindari dalam pola hubungan seperti ini adalah adanya hubungan yang bersifat eksploitatif dan hegemoni kelompok yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan dan keadilan. Selain itu, harus pula dihindari adanya ketercerabutan nilai-nilai yang dimiliki oleh suatu masyarakat yang berdampak pada hilangnya identitas atau jati diri dari masyarakat tersebut.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS diperlukan suatu metode belajar yang dirasa tepat sehingga siswa dapat mengalami pembelajaran yang lebih dalam dan berharga. Salah satunya yaitu metode sosiodrama. Menurut Syaifullah (2008) Metode  Sosiodrama akan: (1) dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa; (2) sangat menarik bagi siswa sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias; (3) membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi; (4) dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung didalamnya dengan penghayatan siswa sendiri.
Cara membelajarkan siswa supaya terampil dan mendapat pengalaman belajar berharga masih menjadi masalah di lapangan.masalah yang dimaksud adalah siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan tugas dan fungsi para tokoh pejuang kemerdekaan karena setiap pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru lalu menghafal materi tersebut serta siswa masih memilih teman yang akrab untuk dijadikan kelompoknya.
Berdasarkan hasil refleksi pembelajaran IPS pada semester genap 2013/2014 dalam pokok bahasan Perjuangan Para Tokoh Menuju Kemerdekaan di SD Negeri 7 Ciseureuh kelas V, tergambar belum dapat mendesain strategi pembelajaran secara maksimal. Guru membagi kompetensi dasar yang telah ada dalam dua kali pertemuan. Setiap satu pertemuan terdapat alokasi waktu waktu sebanyak 2 kali 35 menit. Strategi yang diciptakan adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran secara konvensional (ceramah) Hal ini dilakukan berdasarkan isi materi pelajaran tentang perjuangan para kokoh menuju kemerdekaan.
     Pada pelaksanaan pembelajaran tersebut, pertama-tama guru meminta masing-masing membaca materinya yang terdapat pada buku ajar IPS kelas 5 selama kurang lebih 15 menit. Kemudian guru menerangkan materi secara lisan kepada siswa selama kurang lebih 40 menit. Namun selama 40 menit itu, berbagai masalah terjadi pada siswa. Tidak banyak diantara mereka yang mndengarkan penjelasan yang disampaikan guru. Mereka lebih menfokuskan diri pada permainan-permainan yang dilakukannya sebelum melaksanakan pembelajaran, dan juga terdapat sebagian besar siswa yang sedang mengobrol dengan teman sebangkunya dan ada juga diantaranya yang sedang iseng kepada teman sebangkunya yang berada didekat ataupun yang jauh darinya.
Begitu juga dalam pelaksanaan diskusi kelompok, guru meminta siswa untuk memilih teman sekelompoknya. Sehingga pada saat menyelesaikan tugas, siswa lebih asik mengobrol dengan teman sebangkunya dan ada juga diantaranyayang iseng kepada teman sebangkunya yang berada didekat ataupun yang jauh darinya. Ada juga yang membaca komik, komik yang dibaca adalah komik 5cm. Ketika ditanya “Nak, mangapa membaca komik saat diskusi?”, “pelajarannya susah Bu” jawab anak trsebut.
Melihat kondisi dan situasi siswa yang seperti itu, beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran, yaitu: (1) siswa bingung pada saat menjelaskan tugas dan fungsi peran tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan; (2) siswa menerima materi secara pasif. Siswa hanya mendengarkan dan menghafal materi yang dipelajari; (3) siswa kurang memiliki sikap kerjasama ketika diskusi.
Beberapa penyebab yang menjadi maslah tersebut adalah: (1) guru menggunakan metode yang kurang tepat; (2) guru kurang menanamkan pengalaman belajar yang mendalam kepada siswa; (3) guru tidak membagikan tugas yang jelas kepada siswa saat diskusi kelompok; (4) guru kurang memberikan motivasi kepada siswa agar rajin belajar.
Jika kondisi pembelajaran yang demikian terus berlangsung, maka untuk menciptakan siswa yang terampil dan memiliki pengalaman belajar yang berharga atau mendalam tidak tercapai. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya dapat mengatasi masalah ini dengan menerapkan berbagai cara melalui penerapan pendekatan, model dan metode pembelajaran. Adapun cara-cara yang dilakukan oleh seorang guru adalah sebagai berikut: (1) metode diskusi; (2) pendekatan keterampilan proses; (3) metode sosiodrama.
Dari tiga alternatif cara untuk mengatasi masalah tersebut dipilih salah satu alternatif yang dirasa tepat, yaitu Metode Sosiodrama. Oleh karena itu, metode sosiodrama diharapkan memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga kepada siswa agar pembelajaran tidak hanya ditekankan pada aspek pengetahuan, tetapi aspek afekif dan motorik siswa lebih diutamakan dalam upaya pengembangan nilai-nilai belajar yang positif. Pada kesempatan ini perbaikan pembelajaran pada pokok bahasan perjuangan para tokoh menuju kemerdekaan di kelas V SD Negeri 7 Ciseureuh melalui metode sosiodrama.

KLIK SAJA :)

Postingan Populer