This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 15 November 2014

HYMNE SDIT AL IRSYADY

Cukup lama jeda waktu untuk posting hehe
Posting kali ini adalah hasil renungan saya untuk mempersembahkan lagu kenangan di sekolah tempat saya mengajar ^_^
Judul lagunya "hymne sdit al irsyady"
Hymne Sdit Al Irsyady
Terlihat kilau cahaya ilmu
Diseluruh kota indramayu
Membina generasi muda bangsa
Menjadi generasi mulia

Membina tali silaturahmi
Membentuk ukhuwah islami
Di SDIT Al irsyady
Menjadi generasi robbani

Reff: SDIT...2x Al Irsyady....2x
Sekolah yang ku cintai
SDIT...2x Al Irsyady...2x
Semoga slalu tetap dihati




Tunggu video clipnya ya :D

Sabtu, 29 Maret 2014

Memahami Pemahaman

Semua pendidik pastinya pernah bertanya pada dirinya sendiri “Apa yang paling utama dibelajarkan ke murid?” Entah saat malam terjaga atau pagi hari saat berangkat mengajar, jawab pertanyaan itu pasti pernah dicoba direnungkan.
Apakah tiga hal, yakni sikap, keterampilan, dan pengetahuan, yang sudah begitu jamak diucapkan itu memang paling utama? Apakah murid yang sampai meninggalnya tetap ingat tanggal lahirnya R.A. Kartini itu menunjukkan gurunya berhasil? Apakah murid yang sampai meninggalnya mampu mengulang rumus luas segitiga menunjukkan gurunya berhasil?
Jadi, apa yang paling utama dibelajarkan?


PEMAHAMAN


Selain sikap, keterampilan, dan pengetahuan, ada yang lebih mendasar, yakni pemahaman. Dan, pemahaman ini justru yang sebenarnya menentukan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan seseorang dalam hidupnya. Tanpa pemahaman, maka sikap, keterampilan, dan pengetahuan tak akan mungkin berkembang secara berkelanjutan.
Pemahaman beda dengan pengetahuan. Jika pengetahuan adalah kata benda, pemahaman adalah frasa. John Dewey menyatakan pengetahuan sebagai kumpulan fakta, sedangkan pemahaman sebagai pemaknaan terhadap kumpulan fakta.
Di pelajaran Sejarah, misalnya, kapan Perang Diponegoro terjadi adalah pengetahuan. Tetapi, bahwa sejarah adalah cerita dan siapa yang menceritakannya mempengaruhi bagaimana sejarah itu disajikan adalah pemahaman. Di pelajaran bahasa atau membaca, bahwa kadang penulis menyampaikan gagasan secara tak tersurat langsung dan pembaca harus menafsirkan pesannya adalah contoh sebuah pemahaman. (Mc Tighe dan Wiggins, 2004, hal. 85-86.)
Pengetahuan dapat ditemukan saat membaca buku, tetapi pemahaman hanya dapat dibangun justru saat menutup buku, mereflesikannya, dan kerap mendiskusikannya. Pemahaman itu seperti pesan moral dari sebuah novel. Pemahaman awalnya sering tak terlalu obvious atau gamblang, tetapi secara perlahan akan menjadi semakin mengkristal tepat menggambarkan makna dari kumpulan fakta yang diamati. Pengetahuan dapat diceramahkan, tetapi pemahaman harus diresapi sendiri oleh sang pemelajar.
Pernyataan Winston Churchill bahwa sejarah ditulis oleh pemenang adalah sebuah contoh pemahaman. Kesesuaian pernyataannya dengan realitas serta nuansa sindiran yang disiratkannya perlu ditafsirkan dahulu. Rumus Newton F = ma adalah pengetahuan. Tetapi, bahwa berat bukanlah massa merupakan pemahaman. Bahwa berat benda tergantung pada lokasi benda itu juga merupakan pemahaman. Ini fakta versus makna dari fakta.
Rangkaian benda adalah pengetahuan, tetapi pola dari rangkaian benda itu adalah pemahaman. Perbedaan ini diungkapkan dengan apik dalam film A Beautiful Mind. Saat John Nash bersama calon istrinya memandang bintang di langit, John dapat melihat berbagai objek pada susunan bintang itu. Dia menemukan pola dari rangkaian bintang dan memaknainya.
Saat seseorang merefleksikan berbagai pemahaman dalam hidupnya, diharapkan rangkaian pemahaman ini akan mengkristal menjadi value atau nilai yang dipegang. Nilai-nilai seperti integritas, mencintai sesama, kedermawanan, dsb terbangun berfondasikan susunan pemahaman.


KURIKULUM


Dalam beberapa dokumen kurikulum pendidikan atau standar belajar era sekarang, pemahaman sudah dituliskan secara eksplisit dan sistematis bersama pengetahuan dan keterampilan yang terkait. Hal ini sangat membantu guru dalam merekacipta pembelajaran sekaligus menjalankan proses pembelajaran sehari-hari. Ini memampukan guru fokus mengorkestra proses pembelajaran agar para murid merajut pemahaman yang disasar tersebut.
Sebagai ilustrasi, standar belajar matematika di negara bagian Virginia, AS, sudah menuliskan secara eksplisit pemahaman apa bagi siswa di tiap jenjang. Misalnya, sebuah pemahaman yang harus dirajut siswa kelas 1 adalah “satu himpunan benda dapat dipisah-kelompokkan (sort) dengan banyak cara yang berbeda.” Pengetahuannya adalah bentuk, warna, ukuran, dsb. Keterampilannya adalah memisahkan, mengelompokkan, dsb. Perlu dicatat di sini bahwa kalimat pemahaman yang canggih sarat makna itu bukan untuk dibaca siswa, tetapi bagi guru dan akan membantu guru dalam memperkaya pembelajarannya. Sasaran pembelajaran akan menjadi jelas dan terpusat.
Tidak saja di luar negeri, beberapa sekolah di tanah air sekarang pun sudah merumuskan pemahaman untuk tiap jenjang dalam dokumen kurikulumnya. Sekolah-sekolah ini telah berhasil menuliskan secara rinci pemahaman lengkap dengan pengetahuan dan keterampilan yang harus dibelajarkan.
Dari keadaan yang baik ini, sebenarnya Balitbang Kemdikbud dapat menindakinya. Ke depan, sejatinya Balitbang Kemdikbud bersama Dinas Pendidikan dapat memfasilitasi pengimbasan kecakapan merumuskan kurikulum di tingkat sekolah itu ke semua sekolah. Sasarannya agar pendidik di Indonesia cakap dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan sekolahnya. Juga agar sikap para pendidik yang sudah memiliki gairah mengembangkan kurikulum dapat menular ke pendidik lain. Yang penting bukanlah dokumen kurikulumnya, tetapi justru kemampuan merumuskan kurikulum yang memperhatikan pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan dengan rinci dan akurat. Dokumen adalah benda mati, tetapi kemampuan akan senantiasa hidup.
Karena itu, jika belum ada, Balitbang perlu merancang strategi pengembangan profesi guru dalam peningkatan kecakapan merekacipta kurikulum sekaligus mengevaluasi pemahaman. Di zaman sekarang dan esok, guru yang memahami pemahaman adalah keharusan.

by: Iwan Pranoto

Minggu, 16 Maret 2014

PTK IPS SD



BAB I
Pendahuluan

Dalam pembukaan undang - undang Dasar 1945 alenia IV menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Sistem Pendidikan Nasional yang dicantumkan melalui undang-undang No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional dengan fungsi dan tujuan sebagaimana kutipan berikut :
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak mulia Sehat, Berilmu, Cakap kreatif mandiri, dan mejadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan adalah merupakan usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu perkembangan, potensi kemampuan anak, agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya baik sebagai individu, maupun dalam masyarakat.
Dalam Peraturan Mendiknas No. 41 Tahun 2007, disebutkan bahwa standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Standar proses pada pelajaran IPS khususnya di SD harus mendapatkan perhatian khusus dari guru karena mata pelajaran IPS di SD memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan mata pelajaran lain, antara lain IPS merupakan perpaduan dari beberapa disiplin ilmu sosial.
Kurikulum IPS yang dikembangkan hendaknya memiliki landasan filosofis yang jelas. Landasan filosofis yang digunakan hendaknya melihat kondisi nyata yang terjadi di masyarakat. Kondisi masyarakat yang terjadi saat ini adalah masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan. Perubahan-perubahan tersebut disebabkan oleh adanya interaksi sosial baik antar individu maupun kelompok. Dalam konteks yang lebih luas perubahan yang terjadi melahirkan globalisasi. Dalam globalisasi terjadi pola interaksi yang serba cepat melewati batas-batas keruangan dan waktu. Hubungan antarindividu maupun kelompok dalam globalisasi ini melahirkan suatu pola hubungan yang kompetitif. Individu maupun kelompok dalam pola hubungan ini akan terjadi adanya hubungan yang saling mempengaruhi. Sistem nilai yang dipegang oleh masing-masing individu maupun kelompok akan saling berpengaruh dalam pola hubungan tersebut. Hal yang harus dihindari dalam pola hubungan seperti ini adalah adanya hubungan yang bersifat eksploitatif dan hegemoni kelompok yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan dan keadilan. Selain itu, harus pula dihindari adanya ketercerabutan nilai-nilai yang dimiliki oleh suatu masyarakat yang berdampak pada hilangnya identitas atau jati diri dari masyarakat tersebut.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS diperlukan suatu metode belajar yang dirasa tepat sehingga siswa dapat mengalami pembelajaran yang lebih dalam dan berharga. Salah satunya yaitu metode sosiodrama. Menurut Syaifullah (2008) Metode  Sosiodrama akan: (1) dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa; (2) sangat menarik bagi siswa sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias; (3) membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi; (4) dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung didalamnya dengan penghayatan siswa sendiri.
Cara membelajarkan siswa supaya terampil dan mendapat pengalaman belajar berharga masih menjadi masalah di lapangan.masalah yang dimaksud adalah siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan tugas dan fungsi para tokoh pejuang kemerdekaan karena setiap pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru lalu menghafal materi tersebut serta siswa masih memilih teman yang akrab untuk dijadikan kelompoknya.
Berdasarkan hasil refleksi pembelajaran IPS pada semester genap 2013/2014 dalam pokok bahasan Perjuangan Para Tokoh Menuju Kemerdekaan di SD Negeri 7 Ciseureuh kelas V, tergambar belum dapat mendesain strategi pembelajaran secara maksimal. Guru membagi kompetensi dasar yang telah ada dalam dua kali pertemuan. Setiap satu pertemuan terdapat alokasi waktu waktu sebanyak 2 kali 35 menit. Strategi yang diciptakan adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran secara konvensional (ceramah) Hal ini dilakukan berdasarkan isi materi pelajaran tentang perjuangan para kokoh menuju kemerdekaan.
     Pada pelaksanaan pembelajaran tersebut, pertama-tama guru meminta masing-masing membaca materinya yang terdapat pada buku ajar IPS kelas 5 selama kurang lebih 15 menit. Kemudian guru menerangkan materi secara lisan kepada siswa selama kurang lebih 40 menit. Namun selama 40 menit itu, berbagai masalah terjadi pada siswa. Tidak banyak diantara mereka yang mndengarkan penjelasan yang disampaikan guru. Mereka lebih menfokuskan diri pada permainan-permainan yang dilakukannya sebelum melaksanakan pembelajaran, dan juga terdapat sebagian besar siswa yang sedang mengobrol dengan teman sebangkunya dan ada juga diantaranya yang sedang iseng kepada teman sebangkunya yang berada didekat ataupun yang jauh darinya.
Begitu juga dalam pelaksanaan diskusi kelompok, guru meminta siswa untuk memilih teman sekelompoknya. Sehingga pada saat menyelesaikan tugas, siswa lebih asik mengobrol dengan teman sebangkunya dan ada juga diantaranyayang iseng kepada teman sebangkunya yang berada didekat ataupun yang jauh darinya. Ada juga yang membaca komik, komik yang dibaca adalah komik 5cm. Ketika ditanya “Nak, mangapa membaca komik saat diskusi?”, “pelajarannya susah Bu” jawab anak trsebut.
Melihat kondisi dan situasi siswa yang seperti itu, beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran, yaitu: (1) siswa bingung pada saat menjelaskan tugas dan fungsi peran tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan; (2) siswa menerima materi secara pasif. Siswa hanya mendengarkan dan menghafal materi yang dipelajari; (3) siswa kurang memiliki sikap kerjasama ketika diskusi.
Beberapa penyebab yang menjadi maslah tersebut adalah: (1) guru menggunakan metode yang kurang tepat; (2) guru kurang menanamkan pengalaman belajar yang mendalam kepada siswa; (3) guru tidak membagikan tugas yang jelas kepada siswa saat diskusi kelompok; (4) guru kurang memberikan motivasi kepada siswa agar rajin belajar.
Jika kondisi pembelajaran yang demikian terus berlangsung, maka untuk menciptakan siswa yang terampil dan memiliki pengalaman belajar yang berharga atau mendalam tidak tercapai. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya dapat mengatasi masalah ini dengan menerapkan berbagai cara melalui penerapan pendekatan, model dan metode pembelajaran. Adapun cara-cara yang dilakukan oleh seorang guru adalah sebagai berikut: (1) metode diskusi; (2) pendekatan keterampilan proses; (3) metode sosiodrama.
Dari tiga alternatif cara untuk mengatasi masalah tersebut dipilih salah satu alternatif yang dirasa tepat, yaitu Metode Sosiodrama. Oleh karena itu, metode sosiodrama diharapkan memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga kepada siswa agar pembelajaran tidak hanya ditekankan pada aspek pengetahuan, tetapi aspek afekif dan motorik siswa lebih diutamakan dalam upaya pengembangan nilai-nilai belajar yang positif. Pada kesempatan ini perbaikan pembelajaran pada pokok bahasan perjuangan para tokoh menuju kemerdekaan di kelas V SD Negeri 7 Ciseureuh melalui metode sosiodrama.

Sabtu, 08 Maret 2014

Kuota SM-3T Angkatan IV Bertambah

Kabar Gembira bagi anda yang merasa tertarik dan memiliki panggilan jiwa untuk melakukan pengabdian di daerah 3T. Pasalnya program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan Terluar dan Tertinggal (SM-3T) akan membuka penerimaan untuk angkatan IV dengan penambahan jumlah peserta.

Direktur PPG UNM, Abdullah Pandang mengungkapkan akan ada penambahan jumlah peserta yang akan diterima selanjutnya, mengingat ada begitu banyak daerah 3T yang mengajukan permintaan disamping itu pemerintah juga merasa program ini betul-betul mampu menyelesaikan masalah kekurangan guru serta masalah pemerataan guru di Indonesia.

“Dalam beberapa pertemuan, menteri inginnya semakin banyak peserta yang diterima, kalau bisa 8000 tapi bergantung anggaran juga,” imbuhnya.

Meskipun pengumuman pendaftaran SM3T angakatan IV belum diumumkan secara resmi, namun Abdullah mengaku secepatnya akan ada informasi terkait hal tersebut.

Abdullah Berharap akan semakin banyak lulusan UNM yang mendaftar untuk mengikuti program ini. Menurutnya alumni yang mengikuti proram ini disamping mendapat pengalaman yang luar biasa, hal ini juga menjadi akses yang paling pasti untuk mengikuti program PPG yang menjadi kewajiban sebelum menjadi guru.

“Mereka yang memiliki jiwa mendidik yaa masuklah, lagi pula jalur disini lebih sedikit saingan karena SM3T itu hanya yang pendidikan, di PPG nanti kalian harus bersaing dengan yang non pendidikan juga,” harapnya.



sumber: profesi online

Rabu, 05 Maret 2014

Pembelajaran Voting Untuk Siswa SD

Ketika format MENGAJAR diubah menjadi MENDAMPINGI.....
Secara otomatis guru akan menjadi FASILITATOR dan KATALISATOR. 
Pasti dalam perjalanan belajar, siswa menemukan kesulitan, maka tugas PENDAMPING akan muncul untuk membantunya.
Ketika siswanya membutuhkan bahan-bahan untuk belajar, PENDAMPING harus menyiapkannya. Ketika siswa hilang motivasinya untuk belajar, maka PENDAMPING harus memotivasi dan menyalakan kembali semangat dan selera belajarnya.

ini adalah video siswa-siswi SDIT AL-IRSYADY Indramayu dalam pembelajaran voting di sekolah dasar ^_^


Jika sahabat-sahabat guru setuju, ya tidak ada salahnya, kita mulai membiasakan diri untuk MENDAMPINGI SISWA KITA BUKAN MENGAJAR SISWA KITA.

Contoh Pembelajaran BTQ

SDIT AL-IRSYADY INDRAMAYU adalah salah satu Sekolah yang menerapkan nilai-nilai karakter bangsa Indonesia. seperti yang ustd Yusuf Mansur sampaikan bahwa segala aktifitas yang harus kita dahulukan adalah Allah. maka terbitlah sebuah konsep
 "Allah dulu.... Allah lagi.... Allah terus..." :) ^_^

sebelum memulai KBM siswa-siswi SDIT AL-IRSYADY mendirikan shalat Dhuha dan dilanjutkan Dzikir Al-Ma'tsurat berjamaah. kemudian dilanjut dengan pembelajaran BTQ dan Tahfidzhul Qur'an.
oleh karena itu lulusan SDIT AL-IRSYADY insya Allah Fasih dalam membaca Al-Quran dan Hafal minimalnya Juz 30. ^_^
Alhamdulillah :)

berikut ini iseng-iseng saya dan anak-anaku merekam kegiatan BTQ di SDIT AL-Irsyady


Selasa, 04 Maret 2014

RPP IPA Kelas IV tentang Posisi Bulan



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P)
Satuan Pendidikan                  : Sekolah Dasar Negeri Ridwan
Mata Pelajaran            : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas / Semester                       : IV/2
Alokasi Waktu                         : 4 x 35 menit

A.    STANDAR KOMPETENSI
9. Memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit.
B.     KOMPETENSI DASAR
9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari.
C.    INDIKATOR
1.      Mengidentifikasi perubahan bentuk bulan setiap harinya.
2.      Menggambar perubahan bentuk bulan setiap harinya.
3.      Mengidentifikasi perubahan kenampakan bumi akibat pengaruh bulan.
4.      Mengidentifikasi perubahan kenampakan bumi akibat pengaruh angin.
5.      Mengidentifikasi perubahan kenampakan bumi akibat pengaruh hujan.
6.      Mengidentifikasi perubahan kenampakan bumi akibat pengaruh bencana alam.
D.    TUJUAN PEMBELAJARAN
1.      Melalui model pembelajaran EKPA (Elitasi, Konfrontasi, Pengenalan Konsep, dan Aplikasi konsep) siswa dapat mengidentifikasi perubahan bentuk bulan setip harinya.
2.      Melalui model pembelajaran EKPA (Elitasi, Konfrontasi, Pengenalan Konsep, dan Aplikasi konsep) siswa dapat menggambar perubahan bentuk bulan setiap harinya.
3.      Melalui model pembelajaran EKPA (Elitasi, Konfrontasi, Pengenalan Konsep, dan Aplikasi konsep) siswa dapat Mengidentifikasi perubahan kenampakan bumi akibat pengaruh bulan.
4.      Melalui model pembelajaran EKPA (Elitasi, Konfrontasi, Pengenalan Konsep, dan Aplikasi konsep) siswa dapat mengidentifikasi perubahan kenampakan bumi akibat pengaruh angin.
5.      Melalui model pembelajaran EKPA (Elitasi, Konfrontasi, Pengenalan Konsep, dan Aplikasi konsep) siswa dapat mengidentifikasi perubahan kenampakan bumi akibat pengaruh hujan.
6.      Melalui model pembelajaran EKPA (Elitasi, Konfrontasi, Pengenalan Konsep, dan Aplikasi konsep) siswa dapat Mengidentifikasi perubahan kenampakan bumi akibat pengaruh bencana alam.
E.     MATERI POKOK
Posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari
Submateri
·         Perubahan bentuk  bulan setiap harinya
·         Penyebab terjadinya perubahan  kenampakan bumi.
F.     MODEL PEMBELAJARAN
·         Model pembelajaran EKPA ( Elitasi, konfrontasi, Pengenalan Konsep, dan aplikasi Konsep).
G.    LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Ø  Kegiatan Awal
1.      Guru menyapa siswa dengan  menanyakan kabar.
2.      Memeriksa kerapihan duduk siswa dengan cara meminta duduk siswa yang rapih.
3.      Membimbing siswa berdoa.
4.      Memeriksa kehadiran siswa.
5.      Guru melakukan apersepsi dengan cara menanyakan kepada siswa”kapankah biasanya para nelayan pergi melaut? Jika ada anak yang menjawab malam maka guru menanyakan alasannya kenapa malam?
6.      Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan cara menanyakan siapa yang tahu bentuk-bentuk bulan?
Ø  Kegiatan Inti
a.       Eksplorasi ( Elitasi)
1.      Siswa menjawab pertanyaan-pertanyan dari guru mengenai fase-fase bulan.
2.      Siswa mengungkapkan pendapat mengenai dampak perubahan bentuk bulan terhadap kenampakan bumi.
3.      Siswa menjelaskan alasan terjadinya bulan purnama.
4.      Siswa dikelompokan menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa.
5.      Siswa menyimak penjelasan guru tentang petunjuk pengisisan LKS.
6.      Siswa menanyakan kepada guru jika ada yang tidak dimengerti dari soal-soal LKS.
7.      Siswa bersama kelompoknya mengerjakan LKS.
b.      Elaborasi (Konfrontasi)
1.      Siswa mengerjakan LKS dengan berdiskusi bersama teman sekelompoknya.
2.      Guru membimbing setiap kelompok dalam mengerjakan LKS.
3.      Siswa memperesentasikan hasil dari pengerjaan LKS.
4.      Siswa mendemonstrasikan kegiatan yang ada dalam LKS.
5.      Guru memfasilitasi siswa dalam mendemonstrasikan kegiatan LKS.
c.       Konfirmasi (Pengembangn Konsep)
1.      Guru membimbing siswa menggambar seluruh perubahan bentuk bulan.
2.      Guru meluruskan kesalahpemahaman konsep siswa tentang perubahan bentuk bulan.
3.      Guru meluruskan kesalahpemahaman konsep siswa tentang perubahan kenampakan bumi dari hari ke hari.
Ø  Kegiatan Akhir
1.      Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan Posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari.
2.      Siswa mengerjakan evaluasi materi Posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari.
3.      Melakukan kegiatan repleksi sperti mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan, sikap dan prilaku siswa selama kegiatan pembelajaran.
4.      Membimbing siswa berdoa setelah kegiatan pembelajaran selesai.
H.     SUMBER ALAT DAN MEDIA
·         Sumber :
Ø  Wahyono Budi dan Setyo N. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Kelas IV Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.Halaman 117.
Ø  Sulistyanto Heri dan Edi W. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.Halaman 150 .
Ø  Devi K Popy dan Sri A (2008). Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.Halaman 154.
Ø  Rositawati S dan Aris M (2008). Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.Halaman 151.
·         Media
Ø  Gambar penyebab perubahan kenampakan bumi.
Ø  Bola
Ø  Senter
1.      EVALUASI
·         Prosedur               : penilaian proses dan penilaian akhir
·         Bentuk tes                        : Tulisan dan penilaian sikap
·         Jenis tes                : Penilaian Individu
·         Instrumen             : a) Soal Uraian
                                        b) 1. Pedoman Penilaian Penugasan
                                            2. Pedoman Penilaian Sikap

Bandung, 01 April 2013
Peserta PPG SM-3T


Ridwan Abdul Goni, S.Pd

KLIK SAJA :)

Postingan Populer