Minggu, 16 Maret 2014

PTK IPS SD



BAB I
Pendahuluan

Dalam pembukaan undang - undang Dasar 1945 alenia IV menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Sistem Pendidikan Nasional yang dicantumkan melalui undang-undang No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional dengan fungsi dan tujuan sebagaimana kutipan berikut :
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak mulia Sehat, Berilmu, Cakap kreatif mandiri, dan mejadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan adalah merupakan usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu perkembangan, potensi kemampuan anak, agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya baik sebagai individu, maupun dalam masyarakat.
Dalam Peraturan Mendiknas No. 41 Tahun 2007, disebutkan bahwa standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Standar proses pada pelajaran IPS khususnya di SD harus mendapatkan perhatian khusus dari guru karena mata pelajaran IPS di SD memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan mata pelajaran lain, antara lain IPS merupakan perpaduan dari beberapa disiplin ilmu sosial.
Kurikulum IPS yang dikembangkan hendaknya memiliki landasan filosofis yang jelas. Landasan filosofis yang digunakan hendaknya melihat kondisi nyata yang terjadi di masyarakat. Kondisi masyarakat yang terjadi saat ini adalah masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan. Perubahan-perubahan tersebut disebabkan oleh adanya interaksi sosial baik antar individu maupun kelompok. Dalam konteks yang lebih luas perubahan yang terjadi melahirkan globalisasi. Dalam globalisasi terjadi pola interaksi yang serba cepat melewati batas-batas keruangan dan waktu. Hubungan antarindividu maupun kelompok dalam globalisasi ini melahirkan suatu pola hubungan yang kompetitif. Individu maupun kelompok dalam pola hubungan ini akan terjadi adanya hubungan yang saling mempengaruhi. Sistem nilai yang dipegang oleh masing-masing individu maupun kelompok akan saling berpengaruh dalam pola hubungan tersebut. Hal yang harus dihindari dalam pola hubungan seperti ini adalah adanya hubungan yang bersifat eksploitatif dan hegemoni kelompok yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan dan keadilan. Selain itu, harus pula dihindari adanya ketercerabutan nilai-nilai yang dimiliki oleh suatu masyarakat yang berdampak pada hilangnya identitas atau jati diri dari masyarakat tersebut.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS diperlukan suatu metode belajar yang dirasa tepat sehingga siswa dapat mengalami pembelajaran yang lebih dalam dan berharga. Salah satunya yaitu metode sosiodrama. Menurut Syaifullah (2008) Metode  Sosiodrama akan: (1) dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa; (2) sangat menarik bagi siswa sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias; (3) membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi; (4) dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung didalamnya dengan penghayatan siswa sendiri.
Cara membelajarkan siswa supaya terampil dan mendapat pengalaman belajar berharga masih menjadi masalah di lapangan.masalah yang dimaksud adalah siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan tugas dan fungsi para tokoh pejuang kemerdekaan karena setiap pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru lalu menghafal materi tersebut serta siswa masih memilih teman yang akrab untuk dijadikan kelompoknya.
Berdasarkan hasil refleksi pembelajaran IPS pada semester genap 2013/2014 dalam pokok bahasan Perjuangan Para Tokoh Menuju Kemerdekaan di SD Negeri 7 Ciseureuh kelas V, tergambar belum dapat mendesain strategi pembelajaran secara maksimal. Guru membagi kompetensi dasar yang telah ada dalam dua kali pertemuan. Setiap satu pertemuan terdapat alokasi waktu waktu sebanyak 2 kali 35 menit. Strategi yang diciptakan adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran secara konvensional (ceramah) Hal ini dilakukan berdasarkan isi materi pelajaran tentang perjuangan para kokoh menuju kemerdekaan.
     Pada pelaksanaan pembelajaran tersebut, pertama-tama guru meminta masing-masing membaca materinya yang terdapat pada buku ajar IPS kelas 5 selama kurang lebih 15 menit. Kemudian guru menerangkan materi secara lisan kepada siswa selama kurang lebih 40 menit. Namun selama 40 menit itu, berbagai masalah terjadi pada siswa. Tidak banyak diantara mereka yang mndengarkan penjelasan yang disampaikan guru. Mereka lebih menfokuskan diri pada permainan-permainan yang dilakukannya sebelum melaksanakan pembelajaran, dan juga terdapat sebagian besar siswa yang sedang mengobrol dengan teman sebangkunya dan ada juga diantaranya yang sedang iseng kepada teman sebangkunya yang berada didekat ataupun yang jauh darinya.
Begitu juga dalam pelaksanaan diskusi kelompok, guru meminta siswa untuk memilih teman sekelompoknya. Sehingga pada saat menyelesaikan tugas, siswa lebih asik mengobrol dengan teman sebangkunya dan ada juga diantaranyayang iseng kepada teman sebangkunya yang berada didekat ataupun yang jauh darinya. Ada juga yang membaca komik, komik yang dibaca adalah komik 5cm. Ketika ditanya “Nak, mangapa membaca komik saat diskusi?”, “pelajarannya susah Bu” jawab anak trsebut.
Melihat kondisi dan situasi siswa yang seperti itu, beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran, yaitu: (1) siswa bingung pada saat menjelaskan tugas dan fungsi peran tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan; (2) siswa menerima materi secara pasif. Siswa hanya mendengarkan dan menghafal materi yang dipelajari; (3) siswa kurang memiliki sikap kerjasama ketika diskusi.
Beberapa penyebab yang menjadi maslah tersebut adalah: (1) guru menggunakan metode yang kurang tepat; (2) guru kurang menanamkan pengalaman belajar yang mendalam kepada siswa; (3) guru tidak membagikan tugas yang jelas kepada siswa saat diskusi kelompok; (4) guru kurang memberikan motivasi kepada siswa agar rajin belajar.
Jika kondisi pembelajaran yang demikian terus berlangsung, maka untuk menciptakan siswa yang terampil dan memiliki pengalaman belajar yang berharga atau mendalam tidak tercapai. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya dapat mengatasi masalah ini dengan menerapkan berbagai cara melalui penerapan pendekatan, model dan metode pembelajaran. Adapun cara-cara yang dilakukan oleh seorang guru adalah sebagai berikut: (1) metode diskusi; (2) pendekatan keterampilan proses; (3) metode sosiodrama.
Dari tiga alternatif cara untuk mengatasi masalah tersebut dipilih salah satu alternatif yang dirasa tepat, yaitu Metode Sosiodrama. Oleh karena itu, metode sosiodrama diharapkan memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga kepada siswa agar pembelajaran tidak hanya ditekankan pada aspek pengetahuan, tetapi aspek afekif dan motorik siswa lebih diutamakan dalam upaya pengembangan nilai-nilai belajar yang positif. Pada kesempatan ini perbaikan pembelajaran pada pokok bahasan perjuangan para tokoh menuju kemerdekaan di kelas V SD Negeri 7 Ciseureuh melalui metode sosiodrama.

0 komentar:

Posting Komentar

KLIK SAJA :)

Postingan Populer