BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peranan seorang guru
dalam proses belajar-mengajar harus mampu mengembangkan perubahan tingkah laku
pada siswa. Perubahan tingkah laku tersebut merupakan tujuan dari pembelajaran.
Tujuan pendidikan digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan pembelajaran.
Taksonomi tujuan tersebut terdiri dari domain-domain kognitif, afektif, dan
psikomotor. Oleh karena itu dalam mengajar pada bidang studi apapun guru harus
berupaya mengembangkan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap anak didik,
sebab ketiga aspek tersebut merupakan pembentuk kepribadian individu.
Sekolah Dasar adalah
tempat pengalaman pertama yang memberikan dasar pembentuk kepribadian individu.
Sehubungan dengan hal itu guru perlu
membekali siswanya dengan kepribadian, kemampuan, dan keterampilan dasar yang
cukup sebagai landasan untuk mempersiapkan pengalamannya pada jenjang yang
lebih tinggi.
Masalah bahasa dalam
dunia pendidikan merupakan peranan yang sangat penting. Pendidikan di Indonesia
menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan di
sekolah. Pengajaran Bahasa Indonesia haruslah berisi usaha-usaha yang dapat
membawa serangkaian keterampilan.
Keterampilan tersebut erat hubungannya dengan proses-proses yang mendasari
pikiran. Semakin terampil seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas pula
jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan
paraktik dan banyak pelatihan.Melatih keterampilan berbahasa berarti pula
melatih keterampilan berpikir.
Keterampilan
berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu : Keterampilan menyimak (listening
skills);(2) keterampilan berbicara
(speaking skills); (3) keterampilan
membaca (reading skills); (4)keterampilan menulis (writting skills); (Tarigan, 1981:1)
Salah satu bidang
aktivitas dan materi pengajaran Bahasa Indonesia di SD yang memegang peranan
penting ialah pengajaran menulis. Menulis merupakan salah satu kompetensi
bahasa yang ada dalam setiap jenjang pendidikan, mulai tingkat prasekolah hingga
perguruan tinggi. Menulis adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa
yang harus dikuasai dengan baik oleh siswa. Menurut Yeti Mulyati, et al. (2008: 53) menulis adalah “ suatu
proses berfikir dan menuangkan pemikiran itu dalam bentuk wacana (karangan)”.
Mengarang adalah
keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Sehubungan
dengan hal itu mengarang dapat diartikan keseluruhan rangkaian kegiatan
seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis
kepada pembaca untuk dipahami secara tepat seperti yang dimaksudkan oleh
penulis atau pengarang. Karangan itu sendiri memiliki klasifikasi dan jenis
yang beragam. wacana narasi merupakan salah satu jenis wacana yang berisi
cerita. Hal ini berarti bahwa menulis narasi adalah salah satu jenis karangan
yang sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengalaman, pengamatan, maupun berdasarkan rekaan pengarang. Siswa dapat
mengungkapkan perasaan, ide, dan gagasannya kepada orang lain melalui kegiatan
menulis narasi. Kemampuan menulis narasi tidak secara otomatis dapat dikuasai
oleh siswa, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur
sehingga siswa akan lebih mudah berekspresi dalam kegiatan menulis.
Sehubungan dengan itu kemampuan menulis
harus ditingkatkan sejak kecil atau mulai dari pendidikan sekolah dasar.
Apabila kemampuan menulis tidak ditingkatkan, maka kemampuan siswa untuk
mengungkapkan pikiran atau gagasan melalui bentuk tulisan akan semakin
berkurang atau tidak berkembang.
Hal-hal yang berbeda
seperti dapat dijumpai dalam
keterampilan berbahasa yang lain, kemampuan menulis memerlukan sejumlah
potensi pendukung. Untuk mencapainya
dibutuhkan kesungguhan-kesungguhan, kemauan keras, bahkan dengan belajar
sungguh-sungguh. Dengan demikian, wajar bila dikatakan bahwa meningkatkan
kemampuan menulis akan mendorong siswa lebih aktif, kreatif dan melatih
kemahiran.
Pada kenyataan di
lapangan, yaitu kemampuan menulis siswa kelas V SD Negeri Pabean Udik III
Indramayu pada tahun pelajaran 2010/2011 masih rendah. Berdasar latar belakang
tersebut di atas, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tindakan kelas
dalam upaya memperbaiki kemampuan menulis. Adapun judul penelitian ini
adalah tentang Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi dengan Metode Peta Pikiran (mind mapping) pada Siswa Kelas V SD
Negeri Pabean Udik III Indramayu pada Tahun Pelajaran 2010/2011
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang tersebut di atas, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tindakan
kelas (PTK) tentang Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi dengan Metode
Peta Pikiran (mind mapping) pada
Siswa Kelas V SD Negeri Pabean Udik III Indramayu pada Tahun Pelajaran
2010/2011.
Dalam setiap
penelitian suatu masalah diperlukan adanya kejelasan dari masalah yang menjadi
obyek penelitian. Dalam hal ini diperlukan rumusan sehingga tidak terjadi
kesalahan. Berdasarkan hal tersebut kemudian dirumuskan pokok pembahasan
sebagai berikut:
1. Bagaimana aktivitas menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri
Pabean Udik III Indramayu dengan menggunakan metode peta pikiran (mind mapping) ?
2. Bagaimana kemampuan siswa
kelas V SD Negeri Pabean Udik III Indramayu dalam pembelajaran menulis narasi
dengan menggunakan metode peta pikiran (mind mapping)?
C.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan dari
penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan aktivitas
menulis narasi dengan metode peta pikiran (mind
mapping) pada siswa kelas V SD Negeri Pabean Udik III Indramayu Tahun
Pelajaran 2010/2011.
2. Mendeskripsikan kemampuan
menulis narasi dengan metode peta pikiran (mind mapping) pada siswa kelas V SD Negeri Pabean Udik III
Indramayu Tahun Pelajaran 2010/2011.
D.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Digunakan sebagai metode alternatif dalam
pelajaran bahasa Indonesia yang
berkaitan dengan materi menulis narasi, dan menambah wawasan baru pengembangan
teori menulis narasi dengan metode peta pikiran (mind mapping).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
1) Meningkatnya kemampuan siswa dalam menulis narasi.
2) Meningkatnya motivasi siswa terhadap pembelajaran menulis narasi.
b. Bagi guru
1) Meningkatnya profesionalisme guru.
2) Berkembangnya pembelajaran yang lebih inovatif dengan metode peta
pikiran (mind mapping) dalam pembelajaran menulis narasi.
3) Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam
menyampaikan materi menulis narasi pada siswa.
c. Bagi Sekolah
1) Meningkatnya kualitas pembelajaran menulis narasi baik proses
maupun hasil dalam pelajaran bahasa Indonesia.
2) Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah serta
kondusifnya iklim pendidikan di sekolah.
MANTAP
BalasHapus