BAB
I
Pendahuluan
Dalam pembukaan undang -
undang Dasar 1945 alenia IV menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Republik
Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Sistem Pendidikan Nasional yang
dicantumkan melalui undang-undang No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional
dengan fungsi dan tujuan sebagaimana kutipan berikut :
Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak mulia Sehat, Berilmu, Cakap
kreatif mandiri, dan mejadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Pendidikan adalah merupakan
usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu perkembangan, potensi
kemampuan anak, agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya baik sebagai individu, maupun dalam masyarakat.
Dalam Peraturan Mendiknas No.
41 Tahun 2007, disebutkan bahwa standar proses adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan
pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria
minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses
meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Standar proses pada pelajaran IPS khususnya di SD harus mendapatkan
perhatian khusus dari guru karena mata pelajaran IPS di SD memiliki
karakteristik tersendiri yang berbeda dengan mata pelajaran lain, antara lain IPS
merupakan perpaduan dari beberapa disiplin ilmu sosial.
Kurikulum
IPS yang dikembangkan hendaknya memiliki landasan filosofis yang jelas.
Landasan filosofis yang digunakan hendaknya melihat kondisi nyata yang terjadi
di masyarakat. Kondisi masyarakat yang terjadi saat ini adalah masyarakat yang
senantiasa mengalami perubahan. Perubahan-perubahan tersebut disebabkan oleh
adanya interaksi sosial baik antar individu maupun kelompok. Dalam konteks yang
lebih luas perubahan yang terjadi melahirkan globalisasi. Dalam globalisasi
terjadi pola interaksi yang serba cepat melewati batas-batas keruangan dan
waktu. Hubungan antarindividu maupun kelompok dalam globalisasi ini melahirkan
suatu pola hubungan yang kompetitif. Individu maupun kelompok dalam pola
hubungan ini akan terjadi adanya hubungan yang saling mempengaruhi. Sistem
nilai yang dipegang oleh masing-masing individu maupun kelompok akan saling
berpengaruh dalam pola hubungan tersebut. Hal yang harus dihindari dalam pola
hubungan seperti ini adalah adanya hubungan yang bersifat eksploitatif dan
hegemoni kelompok yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan dan
keadilan. Selain itu, harus pula dihindari adanya ketercerabutan nilai-nilai yang
dimiliki oleh suatu masyarakat yang berdampak pada hilangnya identitas atau
jati diri dari masyarakat tersebut.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS diperlukan suatu metode
belajar yang dirasa tepat sehingga siswa dapat mengalami pembelajaran yang
lebih dalam dan berharga. Salah satunya yaitu metode sosiodrama. Menurut
Syaifullah (2008) Metode Sosiodrama
akan: (1) dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa; (2)
sangat menarik bagi siswa sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh
antusias; (3) membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa
serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi; (4)
dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik
butir-butir hikmah yang terkandung didalamnya dengan penghayatan siswa sendiri.
Cara
membelajarkan siswa supaya terampil dan mendapat pengalaman belajar berharga
masih menjadi masalah di lapangan.masalah yang dimaksud adalah siswa mengalami
kesulitan dalam menjelaskan tugas dan fungsi para tokoh pejuang kemerdekaan
karena setiap pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD siswa hanya
mendengarkan penjelasan dari guru lalu menghafal materi tersebut serta siswa
masih memilih teman yang akrab untuk dijadikan kelompoknya.
Berdasarkan
hasil refleksi pembelajaran IPS pada semester genap 2013/2014 dalam pokok
bahasan Perjuangan Para Tokoh Menuju Kemerdekaan di SD Negeri 7 Ciseureuh kelas
V, tergambar belum dapat mendesain strategi pembelajaran secara maksimal. Guru
membagi kompetensi dasar yang telah ada dalam dua kali pertemuan. Setiap satu
pertemuan terdapat alokasi waktu waktu sebanyak 2 kali 35 menit. Strategi yang
diciptakan adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran secara
konvensional (ceramah) Hal ini dilakukan berdasarkan isi materi pelajaran
tentang perjuangan para kokoh menuju kemerdekaan.
Pada pelaksanaan pembelajaran tersebut,
pertama-tama guru meminta masing-masing membaca materinya yang terdapat pada
buku ajar IPS kelas 5 selama kurang lebih 15 menit. Kemudian guru menerangkan
materi secara lisan kepada siswa selama kurang lebih 40 menit. Namun selama 40
menit itu, berbagai masalah terjadi pada siswa. Tidak banyak diantara mereka
yang mndengarkan penjelasan yang disampaikan guru. Mereka lebih menfokuskan
diri pada permainan-permainan yang dilakukannya sebelum melaksanakan
pembelajaran, dan juga terdapat sebagian besar siswa yang sedang mengobrol
dengan teman sebangkunya dan ada juga diantaranya yang sedang iseng kepada
teman sebangkunya yang berada didekat ataupun yang jauh darinya.
Begitu
juga dalam pelaksanaan diskusi kelompok, guru meminta siswa untuk memilih teman
sekelompoknya. Sehingga pada saat menyelesaikan tugas, siswa lebih asik
mengobrol dengan teman sebangkunya dan ada juga diantaranyayang iseng kepada
teman sebangkunya yang berada didekat ataupun yang jauh darinya. Ada juga yang
membaca komik, komik yang dibaca adalah komik 5cm. Ketika ditanya “Nak, mangapa
membaca komik saat diskusi?”, “pelajarannya susah Bu” jawab anak trsebut.
Melihat
kondisi dan situasi siswa yang seperti itu, beberapa masalah yang terjadi dalam
pembelajaran, yaitu: (1) siswa bingung pada saat menjelaskan tugas dan fungsi
peran tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan; (2) siswa menerima materi secara
pasif. Siswa hanya mendengarkan dan menghafal materi yang dipelajari; (3) siswa
kurang memiliki sikap kerjasama ketika diskusi.
Beberapa
penyebab yang menjadi maslah tersebut adalah: (1) guru menggunakan metode yang
kurang tepat; (2) guru kurang menanamkan pengalaman belajar yang mendalam
kepada siswa; (3) guru tidak membagikan tugas yang jelas kepada siswa saat
diskusi kelompok; (4) guru kurang memberikan motivasi kepada siswa agar rajin
belajar.
Jika
kondisi pembelajaran yang demikian terus berlangsung, maka untuk menciptakan
siswa yang terampil dan memiliki pengalaman belajar yang berharga atau mendalam
tidak tercapai. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya dapat mengatasi masalah
ini dengan menerapkan berbagai cara melalui penerapan pendekatan, model dan
metode pembelajaran. Adapun cara-cara yang dilakukan oleh seorang guru adalah
sebagai berikut: (1) metode diskusi; (2) pendekatan keterampilan proses; (3)
metode sosiodrama.
Dari tiga alternatif cara untuk mengatasi masalah tersebut dipilih
salah satu alternatif yang dirasa tepat, yaitu Metode Sosiodrama. Oleh karena
itu, metode sosiodrama diharapkan memberikan pengalaman belajar yang sangat
berharga kepada siswa agar pembelajaran tidak hanya ditekankan pada aspek
pengetahuan, tetapi aspek afekif dan motorik siswa lebih diutamakan dalam upaya
pengembangan nilai-nilai belajar yang positif. Pada kesempatan ini perbaikan
pembelajaran pada pokok bahasan perjuangan para tokoh menuju kemerdekaan di
kelas V SD Negeri 7 Ciseureuh melalui metode sosiodrama.
0 komentar:
Posting Komentar